Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh Lisa M. Samra

Penyertaan Allah yang Dahsyat

Pada tahun 2020, diselenggarakan berbagai perayaan dalam rangka peringatan satu abad pengesahan Amandemen Kesembilan Belas Konstitusi Amerika Serikat, yang memberikan hak pilih kepada kaum perempuan. Foto-foto lama dari seabad lalu menunjukkan para pengunjuk rasa memegang spanduk-spanduk yang mencantumkan Mazmur 68:12. Dalam Alkitab versi BIS, ayat itu berbunyi: “Tuhan memberi perintah, lalu para wanita membawa berita.”

Kasih yang Bergirang 

Brendan dan Katie saling menatap dengan wajah berseri-seri. Melihat wajah mereka yang penuh sukacita, Anda mungkin tidak membayangkan segala kesulitan yang harus dilalui ketika rencana pernikahan mereka berubah total akibat berbagai pembatasan dari pandemi COVID-19. Meski hanya dihadiri oleh dua puluh lima anggota keluarga, damai dan sukacita terpancar dari wajah kedua mempelai saat mereka mengucapkan janji pernikahan. Semua itu karena cinta kasih mereka kepada satu sama lain dan perasaan syukur atas kasih Allah yang senantiasa menopang mereka. 

Kasih yang Mengampuni

Delapan puluh tahun usia pernikahan! Pete dan Ruth, paman dan bibi buyut suami saya, merayakan pencapaian luar biasa tersebut pada tanggal 31 Mei 2021. Mereka bertemu pada tahun 1941 ketika Ruth masih di SMA. Pasangan muda itu begitu bersemangat untuk menikah sehingga mereka memutuskan langsung menikah sehari setelah Ruth lulus. Pete dan Ruth percaya bahwa Allah telah menyatukan dan membimbing mereka selama ini.

Warisan Iman

Pada tahun 2019, sebuah penelitian mengenai warisan rohani terhadap umat Tuhan di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa para ibu dan nenek memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap perkembangan rohani seseorang. Hampir dua pertiga dari responden menyatakan diri mereka mewarisi iman dari ibu mereka, dan sepertiga lagi mengaku bahwa nenek dan kakek (biasanya nenek) juga sangat berperan. 

Terang Natal

Di mata saya, pohon Natal itu terlihat seperti sedang dilalap kobaran api! Bukan oleh rangkaian lampu buatan, melainkan nyala api sungguhan. Keluarga kami diundang seorang teman untuk menghadiri tradisi altdeutsche, atau ”cara Jerman kuno”. Perayaan tersebut menyajikan aneka hidangan pencuci mulut tradisional yang lezat dan pohon yang dipasangi lilin sungguhan. (Demi keamanan, pohon yang baru ditebang tersebut hanya dinyalakan satu malam.)

Walk On

Walk On adalah memoar menarik dari Ben Malcolmson. Ia seorang siswa yang nyaris tidak memiliki pengalaman bermain futbol dan menjadi seorang “walk on”—pemain yang tidak direkrut—untuk tim Universitas Southern California yang berhasil meraih gelar juara Rose Bowl tahun 2007. Tadinya, sebagai jurnalis di majalah kampus, Malcolmson ingin menulis tentang proses perekrutan pemain yang melelahkan. Tak disangka-sangka, ia berhasil lolos masuk tim.

Haleluya!

Sungguh menakjubkan, Handel hanya butuh dua puluh empat hari untuk menuliskan komposisi musik orkestra untuk oratorio Messiah, yang hingga sekarang merupakan komposisi musik paling terkenal di dunia, dan yang dipertunjukkan ribuan kali setiap tahunnya di seluruh dunia. Mahakarya ini mencapai puncaknya sekitar dua jam setelah dimulai, saat masuk ke bagian yang paling terkenal dari oratorio tersebut, “Hallelujah Chorus” (kor Haleluya).

Ditemukan Kembali

Pada tahun 1970, seorang eksekutif perusahaan otomotif mengunjungi Denmark dan menemukan ada warga setempat yang memiliki mobil Buick Dual Cowl Phaeton keluaran tahun 1939. Karena mobil itu sebenarnya tidak pernah diproduksi secara resmi, ini merupakan penemuan langka—satu-satunya mobil jenis itu di dunia. Saking senangnya dengan penemuan itu, si eksekutif membeli mobil tersebut, lalu menghabiskan banyak waktu dan dana untuk memperbaikinya. Saat ini, mobil unik tersebut masih tampil dalam koleksi kendaraan klasik terkenal di dunia.

Remuk dan Indah

Awalnya, saya menganggap Consider the Lilies karya Makoto Fujimura hanyalah lukisan monokromatik yang sederhana, menampilkan setangkai bunga bakung yang seakan tersembunyi di latar belakang. Namun, lukisan itu menjadi hidup setelah saya tahu karya itu sesungguhnya dilukis dengan lebih dari delapan puluh lapis mineral yang diremukkan sampai halus. Itulah gaya seni lukis Jepang “Nihonga”, yang disebut Fujimura sebagai “seni perlahan”. Lapisan-lapisan yang rumit dan menawan itu baru terlihat dari dekat. Fujimura menjelaskan bahwa ia melihat pesan Injil tersingkap dalam teknik yang menghasilkan “keindahan dari kehancuran” tersebut, serupa dengan penderitaan Yesus Kristus membawa keutuhan dan pengharapan bagi dunia.